Rabu, 22 Oktober 2014

A lil surprise

Dua minggu ini aku banyak sekali melewatkan kejadian dirumah sendiri.
Ya, dua minggu tidak kembali kerumah karena begitu banyaknya kesibukan yang menyita waktuku untuk Ibu, Abang dan Ade.

Saat kembali hari ini, begitu banyak cerita yang terlewat tanpa adanya aku disana.
Tapi aku lagi-lagi tetap bangga.
Ibuku juara sekali lagi dan akan terus jadi juara hatiku.

Ibu bercerita ditengah polemik ini Abang (adik pertamaku) menangis karena ia ingin sekali les bahasa Jerman, Ibuku hari itu juga berkeliling kota dan mencari tempat kursus bahasa yang sekiranya dapat Abang ikuti.
Abang ini anaknya agak rese kalau aku boleh bilang, siapa sangka ternyata punya ambisi untuk kuliah di Jerman, gila? Iya!
Well, coba fikir kehidupan disana dan terlebih lagi bahasa yang diluar Indonesia ataupun Inggris.
Abang ternyata ingin memperjuangkan itu semua.

Dan yang lebih membahagiakan.....
Dia juga memikirkan jalanku pasca kampus, ia malah menghasut ibuku untuk membujukku agar melanjutkan Master di Jerman agar bisa sewa flat bareng dan pastinya akan menekan semua biaya hidup lainnya.

Air mata ini rembes sampai pipi, ternyata dia masih berusaha memikirkanku :")

Saat aku merasa hubunganku dengan dia tak pernah akur dan dekat, at least dia memikirkan dan mempertimbangkan untuk hidup bersama diluar negeri bersamaku :')


Semoga jalannya dipermudah oleh Yang Maha Kuasa ya Bang :)

Jumat, 10 Oktober 2014

The lost treasure.


Saat kita memiliki sesuatu yang berharga mungkin setelah sekian lama hal itu terasa sedikit berkurang 'nilainya' dimatamu.
Atau mungkin saat kamu memiliki sesuatu dan sesuatu itu tiba-tiba hilang dalam hidupmu kamu akan merasa sedih dan berusaha menemukan sesuatu yang hilang tersebut.

Namun saat hal tersebut bukan hanya hilang sesaat, mungkin akan jadi selamanya. Bisakah kamu merelakan?

Okay, mungkin aku saat ini tidak bisa beranalogi tepat dengan sebuah benda atau permata sekalipun. Tapi izinkan aku menyebutnya ini sebagai sebuah harta karun yang amat bernilai, mungkin lebih bernilai dari dirimu sendiri.

Kamu tega membuang harta karunmu itu?
Mungkin sekian banyak akan menjawab tidak tega. Namun percayakah kamu ada yang menjawab tega?
Aku percaya.

Aku percaya karena aku tengah menjadi harta karun ini.
Oh iya, aku sepercaya itu kalau aku adalah harta karun.
Aku percaya aku lebih bernilai dari apapun yang ia miliki dirinya di muka bumi ini, seluruhnya.

Mengapa sepercaya itu? Karena aku dapat memberikan apa yang tidak bisa benda berharga ataupun benda berkilau lainnya itu memberimu.
Tidak satu butirpun.

Sayang sekali, kamu sepertinya rela menukarku dengan sekelompok perhiasan palsu yang kilaunya pun akan luruh sebentar lagi.
Sementara aku? Sabar.
Aku sedang ditempa agar kilauku menjadi lebih benderang dan berkilau, melebihi aku  yang dulu.

Kamu tau betapa hancurnya aku dulu?
Semoga kamu tidak akan mengalami hal yang sama
Namun ku harap hancurnya kamu menjadi ingatan semua harta karun yang kau buang dulu, bagaimana kami bertahan menjadi harta yang lebih berharga dibandingkan dengan hartamu yang sekarang.

Jadi, jangan pernah berharap secuilpun bahwa kau akan kami temui lagi dengan cara yang sama.
Jangan pernah berharap kalau mimpimu untuk memiliki kami lagi akan menjadi nyata setelah kau sadar hartamu ini tidak ada artinya dibandingkan kami.
Tidak, kami tak pernah sebodoh kamu.


Ya Tuhan, jika kami memang dijanjikan olehmu kehidupan yang baik maka jadikanlah.
Jadikan yang tidak ingin bersama kami menjadi duri di dalam dagingnya sendiri.
Biarlah apa yang tidak bisa kami berikan kepadanya kami berikan kepada orang lain yang lebih menghargai kami.
Pintu hati ini sudah kami tutup rapat-rapat, silakan mencari pintu yang lain untuk berteduh.

Jikalau rasa sakitku ini terlalu sulit untuk dibagi, telalu sulit untuk diungkap, biarlah rasa ini menjadi satu keping permata lain yang ada di dalam harta karun ini, biarlah permata itu tumbuh bersama kami selamanya, menjadikan kami lebih berharga di masa depan. Lebih bernilai.

Sementara kamu? Kami biarkan berlarung ke tempat yang kamu mau waktu dulu, tak peduli betapa lelahnya dan rapuhnya kamu untuk mengayuh ke daratan tempat kamu harusnya berada bersama kami disini, tersenyum bersama.
Walau tanggal kalender sudah berubah dan juga melihat perubahan rambutmu memutih diujung sana, kami biarkan kau berlarung ke tempat yang awalnya menjadi tujuanmu, hingga kamu memiliki hati untuk mencampakkan kami dan menukarnya dengan perhiasan palsu yang tampaknya tidak bernilai apa-apa lagi.

Sudah kami lepas semua itu.
Dan takkan kami biarkan kembali.
Takkan pernah kami biarkan kembali.
Walau hanya sedetik atau sekilat kelebat bayangan yang ingin kau rasakan bersama kami.

Yakinlah, kami bukan harta karun yang waktu dulu lagi…………
SELAMANYA.