Senin, 25 Maret 2013

Happy Birthday Mom.

Dua puluh enam Maret Seribu sembilan ratus enam puluh lima................................


Seuntai kata ingin selalu aku ungkapkan kepadamu....
Sejuta pujian tampaknya takkan lagi mampu menahanmu untuk selalu menjadi yang terindah....
Serangkai kalimat penyejuk hati juga takkan mampu bersaing denganmu walau hanya satu detik....
Sekelompok mawar paling merekah dan nikmat dihirup aromanya pun tak pantas disandingkan denganmu, ibu.....

Entah, berapa banyak tetes air mata yang engkau rangkai untuk menjalin kehidupanmu sampai saat ini hingga datang kembali dua puluh enam Maret-mu bu.
Entah, berapa tawa yang kau bagi untukku agar sampai pada hari ini, bu.
Entah, berapa kasih yang kau tak pernah berhenti berikan kepadaku sejak pertama kali menyadari kehadiranku dirahim-mu.
Entah, sebanyak apa kau korbankan dunia-akhiratmu untukku, bu.
Entah, takkan mampu berhenti jariku menekan keyboard ini untuk menggambarkan seorang Ibu, takkan pernah berhenti.

Yang aku tahu, kamu sudah terlalu menjadi sosok seimbang untuk seorang aku.
Yang aku tak bisa pungkiri, kamu yang selalu jadi satu pecutan semangatku dalam karir hidupku.

Ibu, entah seberapa keras aku menolak menganggapmu hanya seorang ibu rumah tangga biasa dengan gelar sarjana....
Aku takkan pernah mampu menerimamu hanya sekedar ibu rumah tangga.
Kamu lebih dahsyat dari sekedar itu, bu.
Tidak! Tidak untuk pemilihan kata yang orang lain utarakan dan aku share dalam akun Facebook-ku yang kemudian aku komentari dengan nada sinis dan merendahkan.
Aku tak sebodoh orang yang menciptakan kalimat-kalimat itu untuk sekedar perumpamaanmu.
Aku tidak sebodoh mereka yang melihat Ibu rumah tangga itu hanya bisa ini itu, bahkan disebutkan 'bisa jadi pembantu' (this is so rude for me).
Aku fikir, semua perempuan bahkan laki-laki bisa jadi pembantu...jadi apa urgensinya seorang I-B-U, yang aku tahu pasti itu bukan menjadi Ibu sepertimu....
Rasanya ingin ku sumpah serapahi siapa yang membuat tulisan itu, jika dia laki-laki aku yakin istrinya hanya dia jadikan yang ia sebutkan di dalam tulisan itu saja, tidak lebih daaaaan jika yang menulis itu perempuan, aku yakin dia tidak pernah jadi istri yang memilih suami dengan cerdas (re: mau saja dibodohi pria untuk menikah dan hanya melakukan hal tersebut, bodoh).
Ah, maaf aku jadi melantur ke arah sana panjang sekali .____.

Aku selalu yakin, ibu selalu lebih dari seluruh ibu manapun di dunia ini.
Ibu selalu 3 langkah lebih maju dalam hal apapun
Ibu bukan Ibu rumah tangga biasa, ah.......... sejujurnya aku benci kalimat ini....
Aku selalu takut hanya menjadi ibu rumah tangga yang lemah, tak berdaya, hanya meminta belas kasihan dari suami, tidak independent dan selalu tergantung pada suami....Ada banyak hal traumatis seakan-akan aku pernah alami sendiri, tidak dengan cerita ataupun dongeng dari anak-anak lain......Aku punya sendiri kisahnya :)
Menurutku, menjadi independent adalah salah satu passion-ku.....Jadi, menurutmu bu...apa aku harus jadi ibu rumah tangga?
Aku tak pernah percaya stereotipe gender dan sejujurnya berusaha menentangnya :)
Jadi, kalau kamu yang mungkin terlalu banyak menuntutku untuk bergantung....
Sungguh, mungkin aku akan membuatmu banyak kecewa

Oh iya! IBU!
Aku butuh banyak belajar darimu, tentang hidup ini yang mungkin emmm terlalu membuatku sia-sia jika tanpa bantuamu.
Aku butuh banyak observasi dan imitasi lagi caramu yang terbaik tanpa melupakan siapa diriku
Iya kan? Pasti itu yang Ibu mau....menjadi diriku sendiri diatas usahaku sendiri :)

25-menjelang-26 Maret 2013, 11.55


Tidak ada komentar:

Posting Komentar