Minggu, 28 September 2014

Kamis, 25 September 2014

Merapikan kenangan

Saat mengenal rasa itu sudah bukan yang dulu lagi.

Rasanya sulit untuk selalu mendamba masa lalu dan yang paling menyebalkan adalah kamu harus merapikan semua kenangan yang begitu terhampar luas bagai pasir putih di laut sana, kamu harus mampu sebelum semua kenangan itu segera menghampirimu dan membisikan semua angan yang ada sejak dulu, garis bawahi kata dulu. Lampau. Iya.

Saat semuanya harus kamu rapikan, kamu tata dengan tidak sekehendak hati seperti apa yang kamu biasa lakukan dengan semua perabotan di kamarmu, taruh sini, taruh sana, semua kamu yang atur.
Tapi kenangan ini harus kamu atur sesuai dengan klasifikasi lain yang sedikit rumit, sedikit banyak memikirkan orang lain, sedikit banyak menyela ego dan mempersilakan dengan dongkol superego untuk melangkah maju, seakan melihat balerina menari dengan gaun yang cantik sementara kamu terperangah sekaligus dongkol dengan gaun yang penuh rajut tambalan dan seakan tidak memiliki kesempatan menari sebaik dia. Ugh.

Semua kenangan harus dirapikan, sampai bersih, habis. Sayang aku tak sepandai itu. Sayang aku tak seberbakat itu soal merapikan kenangan.
Derai air mata lancar sekali saat melihat hal berbau mimpi dan cita-cita. Seakan melihat kebelakang itu hal yang paling menarik dan membahagiakan dibandingkan menatap ke depan. Sulit, sesulit kamu meregulasi emosi saat merasa sudah meraih serpihan dari bagian utuh dari sebuah angan.
Tak tega, melihat raga di cermin yang sudah tiada habisnya menjerit karena kamu tidak mampu bukan karena kamu tidak mampu tapi karena kamu sudah tidak berkemungkinan lagi.

Untuk apa kenangan dirapikan? Masa lalu bukan?
Iya, namun mungkin akan jadi saksi perjuangan kamu kedepannya, semakin rapi kamu semakin bisa melihat mau apa dan bagaimana kamu kedepannya, semakin acak semakin sulit kamu menemukan pattern untuk segala yang akan terjadi ke depan. Untuk alasan itu aku mencoba merapikan kenangan ini, lebih serius dari apapun yang terjadi di tiga minggu ini, aku tak ingin ada yang tercecer.
Mungkin merapikannya butuh waktu yang lebih lama lagi, lebih menguras emosiku, namun ini semua semata agar aku tahu bagaimana rencanaku selanjutnya, agar lebih tergambar semua calon masa depanku.

Oleh karena itu, bantu aku agar tidak melewatkan kenangan satupun, agar tersimpan rapi di satu jendela hatiku.

Senin, 15 September 2014

Journey to South Korea 22 July-17 August 2014

Ini, sebuah perjalanan yang dulu mau bermimpi pun tak berani. Sebuah mimpi ingin merasakan udara di negeri orang dan berpijak di negeri orang.
Tak peduli betapa sulitnya dari mulai pendanaan, pencarian tiket hingga pengurusan visa :')
Kinda proud of myself :)
Kuharap akan ada lagi langkah-langkah besar selanjutnya untuk tinggal dibelahan dunia lainnya, terutama Australia.
Tuhan, aku ingin memohon berkali-kali lagi untuk sudi memeluk mimpi-mimpiku :)
high sky

sampe bandara Incheon, muka ga mandi 2 hari :p

with koper gede sangat di Bandara Incheon

ketemu orang Indonesia yang lagi kejuaraan Taekwondo, sayang mereka pulang esok hari sebelum sempat main :")

pemandangan dari flat Danielle (my hostmate)

Insa-dong

foto di salah satu stasiun :'D

bebep huggies :3

lil prince


petite france



where i belong

Nami Island

my travel mates


(ki-ka) Eneng, Dani, gue, Isti, Louis